PD SUNDAY
PETUGAS : MAXI TIMO DAN APRILIA KUSUMANINTYAS
PETUGAS : MAXI TIMO DAN APRILIA KUSUMANINTYAS
MINGGU, 24 AGUSTUS 2014
Ladang Tuhan, ladang yang sudah menguning
Yohanes 4:1-42
“Bukankah kamu
mengatakan: Empat bulan lagi tibalah musim menuai? Tetapi Aku berkata kepadamu:
Lihatlah sekelilingmu dan pandanglah ladang-ladang yang sudah menguning dan
matang untuk dituai.” (Yoh.4:35)
Pada saat Yesus dan
murid-muridnya melintasi daerah Samaria, mungkin mereka melihat ladang-ladang
disekitar daerah itu. Kemudian murid-murid Yesus mengatakan bahwa empat bulan
lagi akan tiba musim untuk menuai, mereka mengatakan itu karena yang dimaksud
adalah menuai atau panen secara jasmani. Tetapi apa yang Yesus maksudkan
berbeda dengan yang murud-murid maksudkan, maksud Yesus adalah menuai atau panen secara rohani. “..Tetapi Aku berkata kepadamu: Lihatlah
sekelilingmu dan pandanglah ladang-ladang yang sudah menguning dan matang untuk
dituai.” Secara jasmani, musim atau
waktu untuk menuai masih harus menunggu empat bulan lagi. Secara rohani, Yesus
berkata bahwa ladang sudah menguning dan matang , sudah siap untuk dituai atau
dipanen saat itu juga. Pekerjaan penuai adalah
pekerjaan penginjilan. Menuai menurut
KBBI adalah pekerjaan memetik hasil; menjalankan panen; memanen. Yang diamksud menuai
disini adalah pekerjaan mengabarkan Injil.
Lihatlah sekelilingmu dan
pandanglah…” Kata
melihat adalah kata yang secara umum mengungkapkan ihwal mengetahui sesuatu
melalui indera mata. Jadi, kata itu tidak hanya menyatakan ihwal membuka mata
serta menunjukkannya ke objek tertentu, tetapi juga ihwal mengetahui objek itu.
Kata memandang menyatakan perbuatan memperhatikan objek dalam waktu yang agak
Iama dan dengan arah yang tetap. Perbuatan itu melibatkan emosi pelakunya. “Lihatlah sekelilingmu” tidak hanya
perbuatan melihat yang dilakukan secara sambil lalu dan santai untuk memperoleh
gambaran umum tentang keadaan sekeliling yang diamati (tuaian), tapi juga “pandanglah”…dimana seseorang harus
membuka mata lebar-lebar, dibutuhkan komitmen dari seorang penuai untuk memberi
diri, menyediakan waktu, tenaga, pikiran lebih
serta sikap fokus untuk dapat mengetahui atau mempelajari tuaian di
sekelilingnya.
Siapakah “ladang-ladang” itu?
Yang dimaksud dengan “ladang-ladang” adalah orang-orang yang
ada di sekeliling atau disekitar Yesus yang Yesus temui selama perjalanan dan
berpotensi untuk dilayani (diinjili). Jadi “ladang-ladang” yang dimaksud dalam perumpamaan ini adalah
perempuan Samaria yang datang menimba air di sumur Yakub. Tujuan awal perempuan
Samaria itu datang adalah untuk menimba air, bukan untuk menemui Yesus, tetapi
disitu Yesus menggunakan kesempatan yang ada untuk menginjili perempuan Samaria
itu dan perempuan itu percaya. Jadi yang dimaksud dengan “ladang-ladang” adalah orang-orang yang kita temui yang berada di
sekeliling atau sekitar kita, dimana kita memiliki kesempatan untuk melayani (menginjili)
mereka.
Apa
yang dimaksud dengan “ladang yang sudah menguning dan matang untuk
dituai” ?
Yoh.4:30..”Maka merekapun pergi keluar kota lalu
datang kepada Yesus.” Orang-orang yang mendengar kesaksian perempuan
Samaria setelah bertemu dengan Yesus, kemudian merekapun berbondong-bondong
pergi menuju kota Sikhar tempat Yesus berada untuk bertemu dengan-Nya dan
mereka sudah siap untuk menerima Injil. Jadi yang dimaksud dengan “ladang yang sudah menguning” yaitu
mereka yang bukan secara kebetulan datang atau sengaja datang untuk minta
dilayani atau diinjili, mereka yang sudah siap untuk menerima Injil.
Yoh.4:39..”Dan banyak orang Samaria dari kota itu
telah menjadi percaya kepada-Nya karena perkataan perempuan itu,..” Dalam ayat ini orang-orang yang datang untuk
menemui Yesus sudah dilayani dan mereka telah menjadi percaya, inilah yang
dimaksud dengan “matang untuk dituai”.
Pekerjaan
menabur dan menuai
Yoh.4:28,..Maka perempuan itu meninggalkan tempayannya
di situ lalu pergi ke kota dan berkata kepada orang-orang yang disitu: “Mari,
lihat! Di sana ada seorang yang mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah
kuperbuat. Mungkinkah Dia Kristus itu?”.
Untuk melayani Tuhan sebagai seorang
penabur dan penuai, bagaimana latar belakang kita tidaklah penting, asalkan kita
punya komitmen. Lihat latar belakang perempuan Samaria itu, dia orang berdosa,
sudah memiliki 5 suami bahkan yang terakhir bersamanya bukan suaminya, dia juga
berasal dari Samaria, suku yang dianggap hina. Tapi apa yang dilakukan
perempuan Samaria itu? Setelah menjadi percaya, dia pergi ke kota memberitakan
kabar tentang Yesus dan membawa orang-orang datang kepada Yesus, bahkan dia
sampai melupakan tujuan awal dia datang untuk mengambil air di sumur Yakub.
Perempuan Samaria itu juga telah menjalankan perannya sebagai seorang penabur.
(Ayat 31) Pada saat itu murid-murid mengajak
Yesus untuk makan, namun Yesus menolak dengan mengatakan bahwa Ia telah
memiliki makanan yang tidak mereka kenal (ayat 32), dan makanan itu adalah
melakukan kehendak Allah. Yesus menjadikan pekerjaan-Nya sebagai makanan dan
minuman bagi-Nya. Yoh.4:34,..Kata Yesus
kepada mereka:”Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan
menyelesaiakan pekerjaan-Nya.” Yesus menegaskan bahwa bagi Dia yang paling
utama adalah mengerjakan kehendak Allah Bapa yang mengutus Dia dan melakukan
pekerjaan-Nya yaitu menabur dan menuai jiwa-jiwa bagi Kerajaan Allah. Bahkan
hal itu dilakukan-Nya pada saat murid-murid-Nya sedang pergi mencari makan,
namun Yesus lebih memilih untuk melakukan pekerjaan-Nya yaitu menyelamatkan
jiwa-jiwa (menginjili perempuan Samaria).
Yoh.4:36,..”Sekarang juga penuai telah menerima
upahnya dan ia mengumpulkan buah untuk hidup yang kekal, sehingga penabur dan
penuai sama-sama bersukacita.”
Seorang penuai
mengumpulkan buah untuk hidup yang kekal, maksudnya bahwa semata-mata tujuan
hidupnya tidak hanya untuk memuaskan nafsu secara jasmani (makan), tapi
mengerjakan kehendak Allah Bapa menjadi prioritas utama. Ketika murid-murid
rela untuk menunda rasa lapar mereka dan memilih untuk melayani orang-orang
Samaria yang datang, mereka telah mengumpulkan buah untuk hidup yang kekal dan
saat itu juga mereka telah menerima upahnya karena mereka turut bekerja di
ladang. Ada sukacita yang lebih besar saat penuai
memprioritaskan kehendak sang pemilik ladang (Allah Bapa sebagai pemilik ladang
tuaian), melebihi sukacita duniawi. Pada umumnya pekerjaan sebagai penabur dan
penuai adalah pekerjaan yang dilakukan oleh orang yang berbeda (Yesus dan
perempuan Samaria sebagai penabur, murid-murid sebagai penuai), namun mereka
dapat menikmati sukacita itu bersama-sama saat musim menuai tiba. Murid-murid
sebagai penuai bekerja sama dengan Yesus dan perempuan Samaria sebagai penabur
untuk menghasilkan tuaian yaitu orang-orang Samaria yang menjadi percaya.
Jadi
seorang penabur adalah mereka dipakai Tuhan sebagai alat untuk memulai
suatu pelayanan bagi Kerajaan Allah, membuka jalan supaya orang-orang datang
kepada Tuhan. Selanjutnya penuai-lah
yang akan menyempurnakan pekerjaan dari seorang penabur.
Yoh.4:37-38,.. “Sebab dalam hal ini benarlah peribahasa:
Yang seorang menabur dan yang lain menuai. Aku mengutus kamu untuk menuai apa
yang tidak kamu usahakan; orang-orang lain berusaha dan kamu datang memetik
hasil usaha mereka.”
Arti kata penuai adalah orang yang menuai, alat
untuk menuai. Dalam perumpamaan ini, yang menjadi penuai
adalah murid-murid Yesus. Mereka tinggal menuai, memetik hasil tuaian dari apa yang tidak mereka
tabur yaitu orang-orang Samaria yang
datang menemui Yesus setelah mendengar kesaksian perempuan Samaria. Perempuan
Samaria-lah yang menjadi penabur, karena ia yang memberitakan kabar tentang
Yesus dan membawa orang-orang untuk datang kepada Yesus. Yesus-pun telah
terlebih dulu melakukan pekerjaan menabur.
Saat murid-murid sedang pergi mencari makan, Ia melakukan pekerjaan itu
(menabur) terhadap perempuan Samaria, dan hasilnya adalah orang-orang Samaria
datang mencari-Nya, itulah ladang
yang sudah menguning dan siap untuk dituai. Jadi yang dimaksud penuai ialah orang-orang yang
dipilih Allah yang dipakai sebagai alat-Nya untuk memberitakan Injil untuk
menyelamatkan jiwa-jiwa. Menabur secara rohani adalah
pekerjaan untuk memberitakan tentang Kerajaan Allah kepada orang-orang yang
belum percaya, membawa mereka untuk datang kepada Tuhan.
Musim menabur adalah
kesempatan untuk mengabarkan injil, waktu yang sangat penting, tidak boleh
disia-siakan dan tidak bisa ditunda-tunda lagi pelaksanaannya. Apa yang terjadi
jika penuai menunda-nunda waktu menuai?? Jika ladang gandum yang sudah
menguning tidak segera dituai maka gandum tersebut akan berjatuhan dengan
sendirinya dan terserak lalu hilang, pada akhirnya burung-burung akan
memungutnya. Demikian juga pada saat orang-orang sudah menyiapkan hati untuk
mendengar Injil namun tidak segera ditolong, maka mereka akan terhilang dan
pada akhirnya menjadi mangsa iblis.
Interprestasi
dalam pelayanan di PMK Katharos:
Kita sebagai
pelayan-pelayan Tuhan di PMK Katharos (Badan Pengurus, Tim Kerja, Alumni),
diberi tugas tidak hanya sebagai penabur,
tapi juga sebagai penuai karena kita
adalah orang-orang yang telah dipilih Tuhan untuk melayani di PMK Katharos
untuk mengabarkan Injil Kristus. Ladang-ladang
itu ialah setiap mahasiswa yang kita temui di sekitar kita, baik di kampus
ataupun dikos. Sedangkan ladang-ladang
yang sudah menguning ialah anggota-anggota PMK Katharos, mereka yang telah
siap menerima pengajaran Frman Tuhan dalam setiap ibadah di PMK Katharos.
Salah satu contoh kasus
dalam kehidupan di PMK Katharos, banyak mahasiswa yang dulunya aktif mengikuti
kegiatan PMK Katharos saat mereka menjadi mahasiswa baru, namun belakangan ini
mereka mulai hilang dan tidak pernah lagi mengikuti kegiatan di PMK Katharos.
Mungkin letak permasalahan ada pada penuai
atau bisa juga pada tuaian. Kita
sebagai penuai harus peka terhadap permasalahan yang sedang terjadi pada
tuaian. Mungkin mereka punya masalah dimana masalah itu membuat mereka tidak
mau lagi datang di kegiatan PMK Katharos (sakit hati, kecewa, perselisihan
dengan saudara di Katharos), disini seorang penuai harus peka dan harus
bertindak cepat untuk membantu mereka menyelesaikan masalah ini. Apabila kita
pelayan Tuhan sebagai penuai
menunda-nunda waktu atau malas bekerja, maka masalah itu akan terus berlanjut
dan tidak terselesaikaan. Pada saat inilah iblis akan memakai kesempatan itu,
yang pada akhirnya akan berbuah menjadi akar kepahitan.
Kesimpulan:
Untuk menjadi seorang penabur, tidaklah penting bagaimana
background kita, siapa saja bisa menjadi penabur asalkan dia mau memberikan
dirinya untuk memberitakan kabar keselamatan. Sedangkan untuk menjadi seorang penuai, dibutuhkan sebuah komitmen untuk
“melihat dan memandang” ladang-ladang
disekelilingnya, yaitu jiwa-jiwa yang siap untuk dituai dan dia tidak
memusingkan dirinya dengan soal kehidupan duniawi. Masa untuk menuai (memberitakan Injil) tidak bisa
ditunda-tunda lagi, kita harus menggunakan kesempatan yang ada dengan
sebaik-baiknya, jangan buang-buang waktu, karena sedikit saja waktu yang
terbuang akan diapakai oleh iblis. Persiapkan dirimu dan tuaialah ladang-ladang
yang telah menguning!
God Bless U
" Tetapi Aku berkata kepadamu: Lihatlah sekelilingmu dan pandanglah ladang-ladang yang sudah menguning dan matang untuk dituai."
YOHANES 4: 35
Referensi:
Alkitab
http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/petunjuk_praktis/490