PELAYAN TUHAN BERHENTI BELAJAR KATHAROS BERHENTI BERTUMBUH ( The servant of God stop learning stop growing katharos )

Sabtu, 31 Januari 2015

CINTA PADA PANDANGAN PERTAMA

CINTA PADA PANDANGAN PERTAMA
1 Korintus 7:17-24



Tujuan:
1.        Mengetahui maksud dari hidup dalam keadaan seperti waktu dipanggil Allah.
2.        Memahami bagaimana anak-anak Allah memusatkan perhatiannya pada perkara Tuhan, bukan perkara duniawi.
3.        Mengetahui bagaimana menerapkannya dalam pelayanan.

Background Kota Korintus
Kota Korintus yang terletak di Mediterania menjadi pusat ekonomi dan komersial di Yunani. Pusat kosmopolitan yang kaya ini, dengan penduduk sekitar 700.000 orang, segera menjadi tolak ukur tindakan asusila dan kebobrokan moral. Dalam lingkaran yang jahat inilah, Paulus mendirikan gereja di Korintus ketika ia berada di sana selama 1,5 tahun pada perjalanan penginjilannya yang kedua. Priska, Akhwila, Silas, dan Timotius merupakan penolong usaha-usaha Paulus ini, namun segera setelah keberangkatan Paulus kejahatan yang berat dan perpecahan golongan mengancam stabilitas dan keberadaan gereja. Secara sistematis surat dari Paulus kepada jemaat di Korintus menjawab beberapa persoalan, seperti perpecahan dalam jemaat, kebobrokan moral, perkara hukum, tantangan atas kerasulan Paulus, persembahan daging kepada berhala, pernikahan, perceraian, dan perjamuan kudus.

Apa panggilan Tuhan dalam hidup kita? (Ayat 22-23) menjadi hamba Tuhan, karena kita telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar. Dalam 1 Korintus 1:9, Allah telah memanggil kita kepada persekutuan dengan Tuhan Yesus. Allah memiliki kerinduan agar kita setiap anak-anakNya memiliki persekutuan yang intim dengan-Nya, pelayan yang taat. Contoh: Paulus berkata bahwa Tuhan telah memilih Paulus sejak dalam kandungan ibunya dan memanggil dia oleh kasih karunia-Nya supaya ia memberitakan kebenaran di antara bangsa bukan Yahudi (Gal.1:15).



Keadaan seperti apa ketika kita dipanggil Allah? Ayat 18 dan 21.
Ayat 18 dipanggil dalam keadaan sunat dan tidak bersunat (Sunat yang dimaksud adalah sunat lahiriah). Sunat adalah tanda bahwa seorang sudah terhisab dalam perjanjian dengan Allah, dilakukan pada tubuh setiap anak laki-laki di Israel pada umur 8 hari (Kej. 17:9-13). Orang-orang yang tidak bersunat berarti bangsa-bangsa bukan Israel dan pada zaman perjanjian lama, orang-orang tidak bersunat harus dilenyapkan karena telah mengingkari perjanjian dengan Allah (Kej. 17:14). Orang yang ada dalam Kristus, hal yang bersunat atau tidak bersunat tidak mempunyai arti (Gal. 5:6), yang penting ialah menaati hukum Allah (ayat 19). Sunat tidaklah menyelamatkan, sunat tidak ada artinya jika kita melanggar perintah Allah, kemudian jika orang-orang yang tidak bersunat menaati perintah Allah bukankah ia dianggap sama dengan orang yang telah disunat? (Roma 2:25-26).
Orang yang disebut Kristen bukanlah orang yang lahiriah Kristen, lahir dari keluarga Kristen sedari kecil. Tetapi orang Kristen sejati ialah dia yang tidak menampakkan kekristenannya, namun memiliki karakter Kristus. Seorang pelayan yang dipanggil Tuhan, entah dalam keadaan “sunat” (yang berarti sedari kecil sudah lahir dari keluarga Kristen dan sudah dibaptis) ataupun “tidak bersunat” (yang sedari kecil belum tentu dari keluarga Kristen atau bahkan belum dibaptis), itu bukanlah suatu perkara penting, yang terpenting ialah menaati perintah Allah, menjadi pelayan yang taat dan setia. Sunat sejati ialah sunat di dalam hati, secara rohani (Roma 2:28-29) sehingga kita mengasihi Tuhan dengan segenap hati dan jiwa, kita akan mendengarkan kembali suara Tuhan dan melakukan segala perintah-Nya (Ul. 30:6,8). Jadi, Tuhan tidak memperhatikan background kita, apakah dari keluarga Kristen, apakah sudah dibaptis, apakah dari keluarga pendeta, dan lain-lain, yang terpenting ialah kita menaati perintah dan hukum Allah.
Ayat 21 dipanggil dalam keadaan hamba (dalam konteks budak) dan orang bebas. Saat itu 1/3 dari penduduk jemaat Korintus adalah hamba/budak. Tidak masalah jika memang status adalah budak, namun seorang hamba/budak yang dipanggil oleh Tuhan dalam pelayanan-Nya adalah orang bebas milik Tuhan. Orang bebas yang dimaksud disini adalah orang merdeka dalam Kristus. Kesempatan itu dapat kita gunakan untuk menaati Kristus.
Orang bebas yang dipanggil Kristus adalah hamba-Nya. Jadi, mau itu hamba atau orang bebas, tetap di mata Tuhan sama, sama-sama milik Kristus.
Maka dalam ayat 24 hendaklah tiap-tiap orang tinggal di hadapan Allah, yang berarti penting dalam kehidupan kita untuk tinggal dekat dengan Allah dan menikmati hadirat-Nya, bukan status sosial kita di hadapan manusia. Dalam pelayanan kita, tidak penting untuk melihat status sosial kita, yang terpenting bagaimana kita dapat mengerjakan pelayanan kita sesuai kehendak Allah.

Bagaimana Allah memanggil kita? Matius 8:18-22
Penyaringan Tuhan :
a.         Ahli Taurat yang ditolak Tuhan Yesus (ayat 20).
Seorang ahli taurat apakah mungkin dia mau mengikut Yesus yang tidak sekolah teologi dan memanggil Dia guru? Jawabannya tidak mungkin.  Kenapa?  Karena tidak ada 1 orang pun yang terlalu hebat dan siap untuk menjadi pelayann Kristus, sebab dasar untuk menjadi pelayan Kristus bukan panggilan pribadi tapi “PANGGILAN TUHAN”.
Serigala yang buas tetap tetap dipelihara Tuhan
Burung yang lembut juga tetap dipelihara Tuhan
Namun Tuhan Yesus tidak mempunyai apa-apa di dunia ini, bahkan tempat untuk berbaring.
Artinya menjadi pelayan Tuhan tidak mempunyai keuntungan apa-apa di dunia ini.
Efesus 2:9-9 berkata menjadi pelayan Tuhan karena panggilan bukan kehendak sendiri.

b.      Ayat 21, murid yang lemah dalam memahami panggilan Tuhan
Tuhan sudah jelas memanggil orang itu, namun karena himpitan hikmat duniawi menyebabkan iman orang itu menjadi lemah. Iman yang lemah akan menyia-nyiakan panggilan kasih karunia yang sangat besar.
Dari contoh di atas, terlihat jelas bahwa Tuhan memanggil kita lewat firman-Nya yaitu melalui perkataan-Nya. Saat ini perkataan Tuhan Yesus tertuang dalam Alkitab. Semakin sedikit kita membaca dan merenungkannya maka semakin kita tidak akan mengerti dan tahu apa yang Tuhan mau katakan kepada kita.

Semangat sebelum dan semangat sesudah?
Seorang anak yang berumur 5 tahun memiliki kapasitas sepenuhnya 5 tahun. Setelah mengalami pertumbuhan 17 tahun, kapasitasnya bertambah. Dengan kapasitas bertambah, apakah isinya juga bertambah? Seorang yang berusia 17 tahun mungkin memiliki karakter yang seperti usia saat 5 tahun jika kapasitas tersebut tidak diisi dengan kebutuhan saat dia berusia 17 tahun.
Saat sebelum pelayanan, kita masih menjadi anggota. Pada umumnya saat teduh atau tidak, bukan suatu kebutuhan rohani. Masih bebas sesuka hati. Kemudian dipanggil menjadi badan pengurus, kita sudah saatnya memiliki kebutuhan wajib mengenai saat teduh. Kemudian dipanggil menjadi tim kerja, tidak hanya saat teduh, tapi sudah mulai mengisi kapasitasnya dengan PA pribadi, bible reading, dan lain-lain.
Seiring bertambahnya waktu, maka bertambah juga umur secara jasmani dan rohani. Dengan demikian, kapasitas kita pun bertambah. Celakanya jika usia dengan kapasitas yang bertambah, namun kita tidak mengisinya dengan kebutuhan rohani dan pembelajaran akan Firman Tuhan. Pada umumnya, anggota jika diberi tugas untuk PA, maka belum tentu dia dapat melakukannya, karena dia belum mengerti dan kapasitasnya belum sampai di situ. Namun bagi pelayan Tuhan, PA, saat teduh, bible reading, dan lain-lain merupakan hal yang wajib, dikarenakan kapasitasnya sudah memenuhi untuk diisi hal tersebut. Jika kita sebagai pelayan Tuhan jarang untuk mengisi kapasitas kita dengan hal-hal rohani, maka kita tidak bertumbuh, kita masih bersikap kekanak-kanakan, bahkan kembali lagi seperti anggota. Misalnya seorang pelayan Tuhan wajib mengikuti PD Sunday, namun karena tidak mengisi kapasitasnya sehingga belum mengerti maka lebih memilih jalan-jalan atau melakukan perkara dunia.
Saat setelah regenerasi, pada umumnya kita masih semangat, memiliki spirit of excellent (roh yang luar biasa), PD Sunday penuh dengan pelayan Tuhan, namun seiring berjalannya waktu, semangat mulai memudar, PD Sunday makin longgar hadir, saat teduh tiap Selasa dan Jumat makin sedikit. Mengapa demikian?

Hidup dalam keadaan seperti waktu dipanggil Allah?
Latar belakang Paulus menulis surat kepada Jemaat Korintus adalah adanya pertanyaan dari jemaat kepada Paulus mengenai hal-hal yang pada dasarnya tidak prinsipal dalam kaitannya dengan iman kepada Tuhan. Entah disunat atau tidak disunat, entah budak atau orang bebas, orang Kristen harus tetap menjaga kondisi mereka saat waktu dipanggil Allah. Yang harus menjadi fokus adalah melayani Allah dengan segala keberadaan kita saat kita dipanggil oleh Allah. Paulus menekankan hal ini sampai 3 kali di ayat 17, 20, dan 24. Panggilan kita sebagai pelayan Tuhan lebih penting dan

Mengapa pelayan Tuhan tidak memusatkan perhatiannya kepada perkara Tuhan seperti keadaan waktu dipanggil?
a.         Tidak mengerti panggilan Tuhan (ayat 19).
Jemaat di Korintus mengikuti aturan tanpa pengertian yang benar. Mereka mempersoalkan bersunat atau tidak bersunat, padahal kedua hal tersebut tidak penting, yang penting ialah melakukan perintah Allah. Mereka memiliki pengertian yang lurus-lurus aja seperti anak-anak. PD Sunday diwajibkan bagi setiap pelayan Tuhan, dikarenakan setiap pelayan Tuhan harus belajar karena jika tidak belajar, maka Katharos berhenti bertumbuh. Kita terkadang mengikuti PD Sunday tanpa pengertian tersebut, sehingga jika kita melakukannya tanpa pengertian, maka kita lama-kelamaan akan bosan, malas, sehingga ujung-ujungnya tidak datang seterusnya, bahkan cenderung undur dari pelayanan.

b.        Karena kita tidak sadar bahwa kita telah dibeli dan sudah lunas dibayar (ayat 23).
Kristus telah memerdekakan kita, sehingga kita bebas melakukan “apapun”, Tuhan memberikan pilihan bagi kita untuk bertindak. Sekarang kapasitas kita sebagai pelayan Tuhan lebih besar (spiritnya, fokusnya, pemikiran, hikmat) daripada anggota. Namun jika kita sebagai pelayan Tuhan tidak mengisi kapasitas kita dengan PA, saat teduh, bible reading, dan lain-lain, maka spirit, fokus, pemikiran, hikmat, akan sama saja seperti anggota pada umumnya. Waktu yang dapat kita gunakan untuk melakukan perkara rohani tergantikan dengan melakukan perkara dunia (ayat 31-32).

c.         Tidak menaati hukum Allah (ayat 32-34).
Fokus yang terbagi-bagi dapat membuat kita tidak menaati hukum Allah. Tuhan mau kita tetap fokus kepadanya, namun karena kita telah memusatkan perhatian pada perkara dunia, maka kita tidak lagi fokus kepada Tuhan, dan akhirnya kita bingung mau menaati siapa. Contoh dalam ayat 32, Paulus mengatakan bahwa orang yang tidak beristri memusatkan perhatiannya pada perkara Tuhan, yakni bagaimana Tuhan berkenan kepadanya. Ayat 33 mengatakan orang yang beristri memusatkan perhatiannya pada perkara dunia, bagaimana ia dapat menyenangkan suaminya. Jika ditarik dalam kehidupan sehari-hari, misalnya ada yang punya pacar dan ada yang belum memiliki pacar, nanti fokusnya akan berbeda.
Lukas 14:26, kita harus sadar bahawa posisi Tuhan itu tinggi. Dia lebih besar dari pada pada orang tua kita, isteri, anak-anak, bahkan nyawa kita sendiri. Kebanyakan dari pada kita tidak sadar akan hal itu sehingga kita menduakan Tuhan dan pada akhirnya posisi Tuhan itu berada dibawah dari pada hal-hal yang tadinya dibawah posisi Tuhan mksalnya orang tua, isteri, anak-anak, saudara bahkan nyawa kita.

Cara untuk memahami bagaimana untuk memusatkan perhatian kepada Tuhan?
a.         Mengerti panggilan Tuhan melalui firman-Nya, hidup dipimpin oleh Roh (1 Sam.22).
Tuhan memanggil kita lewat firman-Nya, yaitu lewat firman-Nya dalam Alkitab. Namun jika kita sendiri tidak mempunyai disiplin khusus sebagaimana seorang pelayan Tuhan untuk bertumbuh dalam Pemahaman Alkitab (PA), maka kita tidak akan pernah tahu apa yang Tuhan mau sampaikan pada kita dan apa yang mau kita sampaikan kepada orang yang kita layani. Daud mengerti akan panggilan Tuhan dan apa yang mau Tuhan sampaikan padanya. Hal itu karena Daud selalu bertanya pada Tuhan dan Tuhan menjawab setiap pertanyaannya. Jika kita sendiri tidak pernah bertanya, maka kita tidak akan mengerti apa yang akan Tuhan sampaikan pada kita.

b.        Menaati hukum Allah (ayat 19)
Bagi jemaat di Korintus mereka melakukan sunat karena mengikuti aturan padahal yang paling penting adalah menaati dan melakukan hukum Allah. Hukum Allah adalah Firman Tuhan. Firman Tuhan itu bersifat mengajar, menyatakan kesalahan, memperbaiki kelakuaan atau karakter, mendidik orang dalam kebenaran (2 Timotius 3:16).
Seorang pelayan dapat terjebak jika hanya mengikuti aturan Tuhan tanpa pengertian yang benar. Hukum Tuhan harus ditaati dengan pengertian yang benar, jadi, bukan hanya untuk diikuti saja tanpa pengertian. Oleh karena itu, setiap pelayan harus membangun pengertian-pengertian yang benar dari firman Tuhan terlebih dahulu, lalu melakukannya sungguh-sungguh. Ketaatan yang benar dibangun diatas dasar pengertian kebenaran firman yang benar, jika tidak ketaatan tersebut tidak akan bertahan lama. Sejauh ini, apakah saudara tetap mempunyai ketaatan yang kuat atau kokoh? Jika “ya”, itu karena ketaatan saudara dibangun diatas dasar pengertian yang benar. Namun, jika “tidak” dan saudara mempunyai ketaatan yang mudah diruntuhkan, berarti saudara harus memperbaiki ketaatan saudara.

Bagaimana cara menerapkan dalam pelayanan?
a.       Tetap memfokuskan pikiran dan perasaan pada perkara Tuhan (ayat 29-31)
Orang yang beristri harus berlaku seolah-olah tidak beristri, orang yang menangis seolah-olah tidak menangis, orang-orang yang bergembira seolah-olah tidak bergembira, dan pendeknya orang yang mempergunakan barang duniawi seolah-olah sama sekali tidak mempergunakannya. Kata “seolah-olah” menunjukkan bahwa kita harus menggunakan hikmat, pengertian sesuai kebenaran firman Tuhan agar kita hidup tanpa kekuatiran dan memfokuskan diri kepada Allah “seolah-olah tidak beristeri atau bersuami”. Ketika kita tidak bertindak menggunakan “seolah-olah” maka yang terjadi adalah orang yang beristri akan memusatkan perhatiannya kepada perkara dunia yakni bagaimana ia menyenangkan suaminya, dan sebaliknya.
Pelayan-pelayan Tuhan dalam kehidupan kampus sering tidak terlepas dari kehidupan bersama calon Pasangan Hidupnya (PH), “tidak menjadi masalah”-ay.28, tapi, “mengingat kondisi darurat sekarang”-ay.26, maka dalam waktu yang masih tersisa di kampus hendaklah setiap kita yang hidup bersama calon PH-nya “harus berlaku seolah-olah tidak memiliki PH”-ay.29. Bagaimana menurut pendapat saudara? Jangan tahan sharing saudara ya!!!!

b.      Tetap berpegang dalam komitmen yang telah dibuat (ayat 40)
Paulus memberikan pendapat pada jemaat di Korintus sebagai orang yang dapat dipercayai karena rahmat yang diterimanya dari Allah (ayat 25). Dalam ayat ini dia memberikan pendapat untuk seorang isteri yang telah ditinggalkan suaminya karena meninggal dunia. Paulus memberikan pendapat untuk tetap dalam kondisinya itu yaitu tidak lagi memiliki suami. Selain dia juga tetap menghormati perjanjiannya dengan suaminya dulu, dia juga akan lebih berbahagia karena dia tidak akan memusingkan diri dengan perkara dunia, sehingga dia akan bisa lebih memfokuskan dirinya pada Tuhan. Seperti di ayat 34, fokusnya tidak terbagi-bagi lagi. Pikiran, perasaan, semangat, energi dan fokusnya hanya kepada Tuhan dan dia dikuduskan bagi Tuhan. Maksud Paulus dalam memberitakan hal ini juga untuk kepentingan jemaat di Korintus, bukan untuk menghalang-halangi mereka dalam kebebasan, tetapi sebaliknya supaya mereka melakukan apa yang benar dan baik dalam melayani Tuhan tanpa gangguan (ayat 35).
Tetap berdiri diatas komitmen awal atau bahkan membangun komitmen yang lebih kuat lagi merupakan perkara yang harus dilakukan, jika saudara dan saya menginginkan pelayanan kita menjadi lebih kuat.

Kesimpulan
“Hiduplah dalam keadaan seperti waktu dipanggil Allah.”
Cinta pada pandangan pertama tidak hanya sekedar spirit yang menyala-nyala saat awalnya, tapi mempertahankan sampai akhir dengan fokus kepada perkara Tuhan dan menjaga komitmen yang telah dibuat.

Makalah oleh :
Rexiano Njurumana
Arsyati Sumule

Daftar pustaka
·         Alkitab
·         Alkitabsabda.org
·         Tafsiran Alkitab jilid 3

·         Catatan pribadi : Training regenerasi “Kejelasan Panggilan Tuhan”