CINTA PADA
PANDANGAN PERTAMA
1 Korintus 7:17-24
Tujuan:
1.
Mengetahui
maksud dari hidup dalam keadaan seperti waktu dipanggil Allah.
2.
Memahami
bagaimana anak-anak Allah memusatkan perhatiannya pada perkara Tuhan, bukan
perkara duniawi.
3.
Mengetahui
bagaimana menerapkannya dalam pelayanan.
Background
Kota Korintus
Kota Korintus
yang terletak di Mediterania menjadi pusat ekonomi dan komersial di Yunani.
Pusat kosmopolitan yang kaya ini, dengan penduduk sekitar 700.000 orang, segera
menjadi tolak ukur tindakan asusila dan kebobrokan moral. Dalam lingkaran yang
jahat inilah, Paulus mendirikan gereja di Korintus ketika ia berada di sana
selama 1,5 tahun pada perjalanan penginjilannya yang kedua. Priska, Akhwila,
Silas, dan Timotius merupakan penolong usaha-usaha Paulus ini, namun segera
setelah keberangkatan Paulus kejahatan yang berat dan perpecahan golongan
mengancam stabilitas dan keberadaan gereja. Secara sistematis surat dari Paulus
kepada jemaat di Korintus menjawab beberapa persoalan, seperti perpecahan dalam
jemaat, kebobrokan moral, perkara hukum, tantangan atas kerasulan Paulus,
persembahan daging kepada berhala, pernikahan, perceraian, dan perjamuan kudus.
Apa panggilan
Tuhan dalam hidup kita? (Ayat 22-23) menjadi hamba Tuhan, karena kita telah
dibeli dan harganya telah lunas dibayar. Dalam 1 Korintus 1:9, Allah telah
memanggil kita kepada persekutuan dengan Tuhan Yesus. Allah memiliki kerinduan
agar kita setiap anak-anakNya memiliki persekutuan yang intim dengan-Nya,
pelayan yang taat. Contoh: Paulus berkata bahwa Tuhan telah memilih Paulus
sejak dalam kandungan ibunya dan memanggil dia oleh kasih karunia-Nya supaya ia
memberitakan kebenaran di antara bangsa bukan Yahudi (Gal.1:15).
Keadaan seperti
apa ketika kita dipanggil Allah? Ayat 18 dan 21.
Ayat 18
dipanggil dalam keadaan sunat dan tidak bersunat (Sunat yang dimaksud adalah
sunat lahiriah). Sunat adalah tanda bahwa seorang sudah terhisab dalam
perjanjian dengan Allah, dilakukan pada tubuh setiap anak laki-laki di Israel
pada umur 8 hari (Kej. 17:9-13). Orang-orang yang tidak bersunat berarti
bangsa-bangsa bukan Israel dan pada zaman perjanjian lama, orang-orang tidak
bersunat harus dilenyapkan karena telah mengingkari perjanjian dengan Allah
(Kej. 17:14). Orang yang ada dalam Kristus, hal yang bersunat atau tidak
bersunat tidak mempunyai arti (Gal. 5:6), yang penting ialah menaati hukum
Allah (ayat 19). Sunat tidaklah menyelamatkan, sunat tidak ada artinya jika
kita melanggar perintah Allah, kemudian jika orang-orang yang tidak bersunat
menaati perintah Allah bukankah ia dianggap sama dengan orang yang telah
disunat? (Roma 2:25-26).
Orang yang
disebut Kristen bukanlah orang yang lahiriah Kristen, lahir dari keluarga
Kristen sedari kecil. Tetapi orang Kristen sejati ialah dia yang tidak
menampakkan kekristenannya, namun memiliki karakter Kristus. Seorang pelayan
yang dipanggil Tuhan, entah dalam keadaan “sunat” (yang berarti sedari kecil
sudah lahir dari keluarga Kristen dan sudah dibaptis) ataupun “tidak bersunat”
(yang sedari kecil belum tentu dari keluarga Kristen atau bahkan belum
dibaptis), itu bukanlah suatu perkara penting, yang terpenting ialah menaati
perintah Allah, menjadi pelayan yang taat dan setia. Sunat sejati ialah sunat
di dalam hati, secara rohani (Roma 2:28-29) sehingga kita mengasihi Tuhan
dengan segenap hati dan jiwa, kita akan mendengarkan kembali suara Tuhan dan
melakukan segala perintah-Nya (Ul. 30:6,8). Jadi, Tuhan tidak memperhatikan background kita, apakah dari keluarga
Kristen, apakah sudah dibaptis, apakah dari keluarga pendeta, dan lain-lain,
yang terpenting ialah kita menaati perintah dan hukum Allah.
Ayat 21
dipanggil dalam keadaan hamba (dalam konteks budak) dan orang bebas. Saat itu
1/3 dari penduduk jemaat Korintus adalah hamba/budak. Tidak masalah jika memang
status adalah budak, namun seorang hamba/budak yang dipanggil oleh Tuhan dalam pelayanan-Nya
adalah orang bebas milik Tuhan. Orang bebas yang dimaksud disini adalah orang
merdeka dalam Kristus. Kesempatan itu dapat kita gunakan untuk menaati Kristus.
Orang bebas yang
dipanggil Kristus adalah hamba-Nya. Jadi, mau itu hamba atau orang bebas, tetap di mata Tuhan sama, sama-sama
milik Kristus.
Maka dalam ayat 24 hendaklah tiap-tiap orang tinggal
di hadapan Allah, yang berarti penting dalam kehidupan kita untuk tinggal dekat
dengan Allah dan menikmati hadirat-Nya, bukan status sosial kita di hadapan
manusia. Dalam pelayanan kita, tidak penting untuk melihat status sosial kita,
yang terpenting bagaimana kita dapat mengerjakan pelayanan kita sesuai kehendak
Allah.
Bagaimana Allah
memanggil kita? Matius 8:18-22
Penyaringan
Tuhan :
a.
Ahli Taurat yang ditolak Tuhan Yesus
(ayat 20).
Seorang ahli taurat apakah mungkin
dia mau mengikut Yesus yang tidak sekolah teologi dan memanggil Dia guru?
Jawabannya tidak mungkin. Kenapa? Karena tidak ada 1 orang pun yang terlalu
hebat dan siap untuk menjadi pelayann Kristus, sebab dasar untuk menjadi
pelayan Kristus bukan panggilan pribadi tapi “PANGGILAN TUHAN”.
Serigala
yang buas tetap tetap dipelihara Tuhan
Burung
yang lembut juga tetap dipelihara Tuhan
Namun
Tuhan Yesus tidak mempunyai apa-apa di dunia ini, bahkan tempat untuk
berbaring.
Artinya
menjadi pelayan Tuhan tidak mempunyai keuntungan apa-apa di dunia ini.
Efesus
2:9-9 berkata menjadi pelayan Tuhan karena panggilan bukan kehendak sendiri.
b. Ayat
21, murid yang lemah dalam memahami panggilan Tuhan
Tuhan sudah jelas memanggil orang
itu, namun karena himpitan hikmat duniawi menyebabkan iman orang itu menjadi
lemah. Iman yang lemah akan menyia-nyiakan panggilan kasih karunia yang sangat
besar.
Dari contoh di atas,
terlihat jelas bahwa Tuhan memanggil kita lewat firman-Nya yaitu melalui perkataan-Nya.
Saat ini perkataan Tuhan Yesus tertuang dalam Alkitab. Semakin sedikit kita
membaca dan merenungkannya maka semakin kita tidak akan mengerti dan tahu apa
yang Tuhan mau katakan kepada kita.
Semangat sebelum
dan semangat sesudah?
Seorang
anak yang berumur 5 tahun memiliki kapasitas sepenuhnya 5 tahun. Setelah
mengalami pertumbuhan 17 tahun, kapasitasnya bertambah. Dengan kapasitas
bertambah, apakah isinya juga bertambah? Seorang yang berusia 17 tahun mungkin
memiliki karakter yang seperti usia saat 5 tahun jika kapasitas tersebut tidak
diisi dengan kebutuhan saat dia berusia 17 tahun.
Saat
sebelum pelayanan, kita masih menjadi anggota. Pada umumnya saat teduh atau
tidak, bukan suatu kebutuhan rohani. Masih bebas sesuka hati. Kemudian
dipanggil menjadi badan pengurus, kita sudah saatnya memiliki kebutuhan wajib
mengenai saat teduh. Kemudian dipanggil menjadi tim kerja, tidak hanya saat
teduh, tapi sudah mulai mengisi kapasitasnya dengan PA pribadi, bible reading, dan lain-lain.
Seiring bertambahnya waktu, maka bertambah juga umur
secara jasmani dan rohani. Dengan demikian, kapasitas kita pun bertambah. Celakanya
jika usia dengan kapasitas yang bertambah, namun kita tidak mengisinya dengan
kebutuhan rohani dan pembelajaran akan Firman Tuhan. Pada umumnya, anggota jika
diberi tugas untuk PA, maka belum tentu dia dapat melakukannya, karena dia
belum mengerti dan kapasitasnya belum sampai di situ. Namun bagi pelayan Tuhan,
PA, saat teduh, bible reading, dan
lain-lain merupakan hal yang wajib, dikarenakan kapasitasnya sudah memenuhi
untuk diisi hal tersebut. Jika kita sebagai pelayan Tuhan jarang untuk mengisi
kapasitas kita dengan hal-hal rohani, maka kita tidak bertumbuh, kita masih
bersikap kekanak-kanakan, bahkan kembali lagi seperti anggota. Misalnya seorang
pelayan Tuhan wajib mengikuti PD Sunday, namun karena tidak mengisi
kapasitasnya sehingga belum mengerti maka lebih memilih jalan-jalan atau
melakukan perkara dunia.
Saat setelah regenerasi, pada umumnya kita masih
semangat, memiliki spirit of excellent
(roh yang luar biasa), PD Sunday penuh dengan pelayan Tuhan, namun seiring
berjalannya waktu, semangat mulai memudar, PD Sunday makin longgar hadir, saat
teduh tiap Selasa dan Jumat makin sedikit. Mengapa demikian?
Hidup dalam keadaan seperti waktu dipanggil Allah?
Latar belakang Paulus menulis surat kepada Jemaat
Korintus adalah adanya pertanyaan dari jemaat kepada Paulus
mengenai hal-hal yang pada dasarnya tidak prinsipal dalam kaitannya dengan iman
kepada Tuhan. Entah disunat atau tidak disunat, entah budak atau orang bebas,
orang Kristen harus tetap menjaga kondisi mereka saat waktu dipanggil Allah.
Yang harus menjadi fokus adalah melayani Allah dengan segala keberadaan kita
saat kita dipanggil oleh Allah. Paulus menekankan hal ini sampai 3 kali di ayat
17, 20, dan 24. Panggilan kita sebagai pelayan Tuhan lebih penting dan
Mengapa pelayan
Tuhan tidak memusatkan perhatiannya kepada perkara Tuhan seperti keadaan waktu
dipanggil?
a.
Tidak mengerti panggilan Tuhan (ayat
19).
Jemaat di Korintus mengikuti aturan
tanpa pengertian yang benar. Mereka mempersoalkan bersunat atau tidak bersunat,
padahal kedua hal tersebut tidak penting, yang penting ialah melakukan perintah
Allah. Mereka memiliki pengertian yang lurus-lurus aja seperti anak-anak. PD
Sunday diwajibkan bagi setiap pelayan Tuhan, dikarenakan setiap pelayan Tuhan
harus belajar karena jika tidak belajar, maka Katharos berhenti bertumbuh. Kita
terkadang mengikuti PD Sunday tanpa pengertian tersebut, sehingga jika kita
melakukannya tanpa pengertian, maka kita lama-kelamaan akan bosan, malas,
sehingga ujung-ujungnya tidak datang seterusnya, bahkan cenderung undur dari
pelayanan.
b.
Karena kita tidak sadar bahwa kita telah
dibeli dan sudah lunas dibayar (ayat 23).
Kristus telah memerdekakan kita,
sehingga kita bebas melakukan “apapun”, Tuhan memberikan pilihan bagi kita
untuk bertindak. Sekarang kapasitas kita sebagai pelayan Tuhan lebih besar
(spiritnya, fokusnya, pemikiran, hikmat) daripada anggota. Namun jika kita
sebagai pelayan Tuhan tidak mengisi kapasitas kita dengan PA, saat teduh, bible
reading, dan lain-lain, maka spirit, fokus, pemikiran, hikmat, akan sama saja
seperti anggota pada umumnya. Waktu yang dapat kita gunakan untuk melakukan
perkara rohani tergantikan dengan melakukan perkara dunia (ayat 31-32).
c.
Tidak menaati hukum Allah (ayat 32-34).
Fokus yang terbagi-bagi dapat
membuat kita tidak menaati hukum Allah. Tuhan mau kita tetap fokus kepadanya,
namun karena kita telah memusatkan perhatian pada perkara dunia, maka kita
tidak lagi fokus kepada Tuhan, dan akhirnya kita bingung mau menaati siapa.
Contoh dalam ayat 32, Paulus mengatakan bahwa orang yang tidak beristri
memusatkan perhatiannya pada perkara Tuhan, yakni bagaimana Tuhan berkenan
kepadanya. Ayat 33 mengatakan orang yang beristri memusatkan perhatiannya pada
perkara dunia, bagaimana ia dapat menyenangkan suaminya. Jika ditarik dalam
kehidupan sehari-hari, misalnya ada yang punya pacar dan ada yang belum
memiliki pacar, nanti fokusnya akan berbeda.
Lukas
14:26, kita harus sadar bahawa posisi Tuhan itu tinggi. Dia lebih besar dari
pada pada orang tua kita, isteri, anak-anak, bahkan nyawa kita sendiri.
Kebanyakan dari pada kita tidak sadar akan hal itu sehingga kita menduakan
Tuhan dan pada akhirnya posisi Tuhan itu berada dibawah dari pada hal-hal yang
tadinya dibawah posisi Tuhan mksalnya orang tua, isteri, anak-anak, saudara
bahkan nyawa kita.
Cara untuk
memahami bagaimana untuk memusatkan perhatian kepada Tuhan?
a.
Mengerti panggilan Tuhan melalui
firman-Nya, hidup dipimpin oleh Roh (1 Sam.22).
Tuhan memanggil kita lewat
firman-Nya, yaitu lewat firman-Nya dalam Alkitab. Namun jika kita sendiri tidak
mempunyai disiplin khusus sebagaimana seorang pelayan Tuhan untuk bertumbuh
dalam Pemahaman Alkitab (PA), maka kita tidak akan pernah tahu apa yang Tuhan
mau sampaikan pada kita dan apa yang mau kita sampaikan kepada orang yang kita
layani. Daud mengerti akan panggilan Tuhan dan apa yang mau Tuhan sampaikan
padanya. Hal itu karena Daud selalu bertanya pada Tuhan dan Tuhan menjawab
setiap pertanyaannya. Jika kita sendiri tidak pernah bertanya, maka kita tidak
akan mengerti apa yang akan Tuhan sampaikan pada kita.
b.
Menaati hukum Allah (ayat 19)
Bagi jemaat di Korintus mereka
melakukan sunat karena mengikuti aturan padahal yang paling penting adalah
menaati dan melakukan hukum Allah. Hukum Allah adalah Firman Tuhan. Firman
Tuhan itu bersifat mengajar, menyatakan kesalahan, memperbaiki kelakuaan atau
karakter, mendidik orang dalam kebenaran (2 Timotius 3:16).
Seorang pelayan dapat terjebak jika
hanya mengikuti aturan Tuhan tanpa pengertian yang benar. Hukum Tuhan harus
ditaati dengan pengertian yang benar, jadi, bukan hanya untuk diikuti saja
tanpa pengertian. Oleh karena itu, setiap pelayan harus membangun
pengertian-pengertian yang benar dari firman Tuhan terlebih dahulu, lalu
melakukannya sungguh-sungguh. Ketaatan yang benar dibangun diatas dasar pengertian
kebenaran firman yang benar, jika tidak ketaatan tersebut tidak akan bertahan
lama. Sejauh ini, apakah saudara tetap mempunyai ketaatan yang kuat atau kokoh?
Jika “ya”, itu karena
ketaatan saudara dibangun diatas dasar pengertian yang benar. Namun, jika
“tidak” dan saudara mempunyai ketaatan yang mudah diruntuhkan, berarti saudara
harus memperbaiki ketaatan saudara.
Bagaimana cara menerapkan dalam pelayanan?
a.
Tetap memfokuskan pikiran dan perasaan
pada perkara Tuhan (ayat 29-31)
Orang
yang beristri harus berlaku seolah-olah tidak beristri, orang yang menangis
seolah-olah tidak menangis, orang-orang yang bergembira seolah-olah tidak
bergembira, dan pendeknya orang yang mempergunakan barang duniawi seolah-olah
sama sekali tidak mempergunakannya. Kata “seolah-olah” menunjukkan bahwa kita
harus menggunakan hikmat, pengertian sesuai kebenaran firman Tuhan agar kita
hidup tanpa kekuatiran dan memfokuskan diri kepada Allah “seolah-olah tidak
beristeri atau bersuami”. Ketika kita tidak bertindak menggunakan “seolah-olah”
maka yang terjadi adalah orang yang beristri akan memusatkan perhatiannya
kepada perkara dunia yakni bagaimana ia menyenangkan suaminya, dan sebaliknya.
Pelayan-pelayan
Tuhan dalam kehidupan kampus sering tidak terlepas dari kehidupan bersama calon
Pasangan Hidupnya (PH), “tidak menjadi masalah”-ay.28, tapi, “mengingat kondisi
darurat sekarang”-ay.26, maka dalam waktu yang masih tersisa di kampus
hendaklah setiap kita yang hidup bersama calon PH-nya “harus berlaku
seolah-olah tidak memiliki PH”-ay.29. Bagaimana menurut pendapat saudara?
Jangan tahan sharing saudara ya!!!!
b.
Tetap berpegang dalam komitmen yang
telah dibuat (ayat 40)
Paulus
memberikan pendapat pada jemaat di Korintus sebagai orang yang dapat dipercayai
karena rahmat yang diterimanya dari Allah (ayat 25). Dalam ayat ini dia
memberikan pendapat untuk seorang isteri yang telah ditinggalkan suaminya
karena meninggal dunia. Paulus memberikan pendapat untuk tetap dalam kondisinya
itu yaitu tidak lagi memiliki suami. Selain dia juga tetap menghormati
perjanjiannya dengan suaminya dulu, dia juga akan lebih berbahagia karena dia
tidak akan memusingkan diri dengan perkara dunia, sehingga dia akan bisa lebih
memfokuskan dirinya pada Tuhan. Seperti di ayat 34, fokusnya tidak terbagi-bagi
lagi. Pikiran, perasaan, semangat, energi dan fokusnya hanya kepada Tuhan dan
dia dikuduskan bagi Tuhan. Maksud Paulus dalam memberitakan hal ini juga untuk
kepentingan jemaat di Korintus, bukan untuk menghalang-halangi mereka dalam
kebebasan, tetapi sebaliknya supaya mereka melakukan apa yang benar dan baik
dalam melayani Tuhan tanpa gangguan (ayat 35).
Tetap
berdiri diatas komitmen awal atau bahkan membangun komitmen yang lebih kuat
lagi merupakan perkara yang harus dilakukan, jika saudara dan saya menginginkan
pelayanan kita menjadi lebih kuat.
Kesimpulan
“Hiduplah dalam
keadaan seperti waktu dipanggil Allah.”
Cinta pada
pandangan pertama tidak hanya sekedar spirit
yang menyala-nyala saat awalnya, tapi mempertahankan sampai akhir dengan fokus
kepada perkara Tuhan dan menjaga komitmen yang telah dibuat.
Makalah oleh :
Rexiano Njurumana
Arsyati Sumule
Daftar pustaka
·
Alkitab
·
Alkitabsabda.org
·
Tafsiran Alkitab jilid 3
·
Catatan pribadi : Training regenerasi
“Kejelasan Panggilan Tuhan”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar