Yohanes 9:1-3
9:1. Waktu Yesus sedang lewat, Ia melihat seorang yang buta sejak lahirnya. 9:2 Murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya: "Rabi, siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri atau orang tuanya, sehingga ia dilahirkan buta?" 9:3 Jawab Yesus: "Bukan dia dan bukan juga orang tuanya, tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia.
Banyak dari kita tak dapat menerima kondisi, talenta, bakat, postur tubuh, wajah, pekerjaan, atau apa saja yang kita miliki. Kadang kita membanding-banding kondisi kita dengan kondisi orang lain dan merasa kita adalah orang yang paling tak beruntung di dunia ini dibandingkan dengan orang lain. Bila ada teman kita memiliki wajah yang cantik, prestasi akademik yang lebih baik, karier yang lebih baik, kita berusaha ingin seperti dia, dan kemudian ketika kita tak dapat mencapainya, kita mulai merasa iri hati atau bahkan menyalahkan orang lain, orangtua kita, atau bahkan Tuhan, mengapa orang lain diberikan hal yang baik dan kita tidak.
Tuhan menciptakan setiap orang dengan maksud dan tujuan tertentu. Ada arti, ada tujuan dalam diri setiap orang di dunia ini ketika ia dilahirkan. Setiap orang diberikan sesuatu yang berbeda sesuai dengan tujuan masing-masing. Semuanya itu adalah demi untuk kemuliaan namaNya.
Daud mengatakan dalam Mazmur 139:13-14 Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku. 139:14 Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya.
Tuhanlah yang merencanakan kehadiran setiap orang di dunia ini, ia tidak merancang kita sambil lalu, ia tidak merancang kita asal-asalan, namun Tuhan menenun kita, Ia merencanakan dengan seksama kehadiran setiap orang di dunia ini dan hal itu adalah suatu perbuatan yang ajaib, suatu kejadian yang dasyat. Bayangkan Tuhan merancang anda dengan hati-hati, menanamkan di dalam diri kita masing-masing suatu benih, suati bakat, suatu talenta agar kelak melalui benih, talenta atau apa saja itu yang ditaruh Tuhan dalam diri kita, akan menjadikan hidup kita berbeda dari orang lain, unik, dan memuliakan karya ciptaanNya. Tuhan adalah perancang yang hebat, seniman yang yang ajaib, arsitek yang mulia bagi ciptaan-ciptaannya. Semua yang diciptakanNya baik dan agung.
Dalam setiap ciptaanNya, seseorang mungkin diberikan 10 talenta, ada yang diberikan 5 talenta dan ada yang mungkin hanya satu talenta. Bagi Tuhan tak ada beda memberikan 1 atau 2 atau 10 talenta, yang penting apakah dengan talenta itu kita menggunakannya untuk memuliakan Dia dalam hidup kita atau kita pergi menggali lubang dan menguburkannya di dalam tanah menunggu sampai Tuhan datang kembali.
Setiap orang yang diberikan talenta memiliki tanggung jawab untuk melipatgandakan hasilnya. Tanggung jawab itu melekat pada diri orang itu dan kepadanya akan diminta pertanggungjawabannya pada suatu saat kelak ketika Yesus datang kembali.
Dalam bacaan di atas, Yesus sedang lewat dan Ia melihat seorang yang dilahirkan cacat yaitu kedua matanya buta. Apa yang terjadi kemudian adalah datang pertanyaan dari murid-muridNya menyangkut siapakah yang berbuat dosa sehingga menyebabkan orang ini dilahirkan buta, orang itu sendiri atau orangtuanya. Pertanyaan seperti ini memiliki prasangka awal untuk berupaya menyalahkan orang lain, mencari kambing hitam dari suatu masalah dan tidak berusaha menyelesaikan masalah.
Hal seperti ini banyak terjadi dalam kehidupan kita, ketika kita berada dalam suatu situasi tertentu, kita tidak melihat pada masalah tetapi berusaha mencari siapa yang bisa kita salahkan.
Mengatakan kalau seseorang itu dilahirkan cacat berarti ada dosa dalam diri seseorang atau keluarganya sama saja dengan mengatakan bahwa Tuhan telah menghukum orang sebelum ia lahir.
Kita melihat apa jawab Yesus kepada pertanyaan seperti ini. Yesus berkata:” Bukan dia dan bukan juga orang tuanya, tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia. ” Jawaban Yesus ini memberikan perspektif jelas bahwa ada rencana Allah dalam diri setiap manusia. Ada titipan tugas dari Allah bagi setiap orang menyangkut kehadirannya di dunia ini. Melalui diri setiap orang, entah dia sehat atau cacat, apakah dia memiliki wajah cantik/ganteng atau jelek, apakah dia kuat atau lemah, ada pekerjaan-pekerjaan Allah yang harus dinyatakan di dalam diri mereka.
Di dalam setiap situasi yang kita hadapi selalu ada rencana Allah, pekerjaan-pekerjaan Allah yang mau dinyatakan atau diungkapkan melalui hidup kita. Karena itu carilah apa maksud Tuhan dalam setiap situasi kita, dan bukan mencari cara untuk menyalahkan orang lain. Tetap memuliakan Tuhan, apapun situasi yang kita hadapi.
Adakalanya sesuatu yang kita anggap kelemahan kita, justru direncanakan oleh Tuhan untuk menjadi suatu keunikan bagi kita, dan mendatangkan berkat bagi banyak orang. Hanya ketika kita mau mengsyukuri apa yang kita miliki, maka kita dapat melihat apa kehendak Tuhan bagi kita.
Menyadari akan hal ini, maka sebagai orang percaya kita perlu mengsyukuri apa yang kita miliki, apa yang Tuhan berikan dalam hidup kita. Tuhan tidak pernah memberikan sesuatu yang buruk bagi anak-anakNya. Ia adalah Bapa yang penuh kasih. Ia memberikan berkat berlimpah-limpah dalam kehidupan orang-orang yang dikasihinya.
Banyak dari kita tak dapat menerima kondisi, talenta, bakat, postur tubuh, wajah, pekerjaan, atau apa saja yang kita miliki. Kadang kita membanding-banding kondisi kita dengan kondisi orang lain dan merasa kita adalah orang yang paling tak beruntung di dunia ini dibandingkan dengan orang lain. Bila ada teman kita memiliki wajah yang cantik, prestasi akademik yang lebih baik, karier yang lebih baik, kita berusaha ingin seperti dia, dan kemudian ketika kita tak dapat mencapainya, kita mulai merasa iri hati atau bahkan menyalahkan orang lain, orangtua kita, atau bahkan Tuhan, mengapa orang lain diberikan hal yang baik dan kita tidak.
Tuhan menciptakan setiap orang dengan maksud dan tujuan tertentu. Ada arti, ada tujuan dalam diri setiap orang di dunia ini ketika ia dilahirkan. Setiap orang diberikan sesuatu yang berbeda sesuai dengan tujuan masing-masing. Semuanya itu adalah demi untuk kemuliaan namaNya.
Daud mengatakan dalam Mazmur 139:13-14 Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku. 139:14 Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya.
Tuhanlah yang merencanakan kehadiran setiap orang di dunia ini, ia tidak merancang kita sambil lalu, ia tidak merancang kita asal-asalan, namun Tuhan menenun kita, Ia merencanakan dengan seksama kehadiran setiap orang di dunia ini dan hal itu adalah suatu perbuatan yang ajaib, suatu kejadian yang dasyat. Bayangkan Tuhan merancang anda dengan hati-hati, menanamkan di dalam diri kita masing-masing suatu benih, suati bakat, suatu talenta agar kelak melalui benih, talenta atau apa saja itu yang ditaruh Tuhan dalam diri kita, akan menjadikan hidup kita berbeda dari orang lain, unik, dan memuliakan karya ciptaanNya. Tuhan adalah perancang yang hebat, seniman yang yang ajaib, arsitek yang mulia bagi ciptaan-ciptaannya. Semua yang diciptakanNya baik dan agung.
Dalam setiap ciptaanNya, seseorang mungkin diberikan 10 talenta, ada yang diberikan 5 talenta dan ada yang mungkin hanya satu talenta. Bagi Tuhan tak ada beda memberikan 1 atau 2 atau 10 talenta, yang penting apakah dengan talenta itu kita menggunakannya untuk memuliakan Dia dalam hidup kita atau kita pergi menggali lubang dan menguburkannya di dalam tanah menunggu sampai Tuhan datang kembali.
Setiap orang yang diberikan talenta memiliki tanggung jawab untuk melipatgandakan hasilnya. Tanggung jawab itu melekat pada diri orang itu dan kepadanya akan diminta pertanggungjawabannya pada suatu saat kelak ketika Yesus datang kembali.
Dalam bacaan di atas, Yesus sedang lewat dan Ia melihat seorang yang dilahirkan cacat yaitu kedua matanya buta. Apa yang terjadi kemudian adalah datang pertanyaan dari murid-muridNya menyangkut siapakah yang berbuat dosa sehingga menyebabkan orang ini dilahirkan buta, orang itu sendiri atau orangtuanya. Pertanyaan seperti ini memiliki prasangka awal untuk berupaya menyalahkan orang lain, mencari kambing hitam dari suatu masalah dan tidak berusaha menyelesaikan masalah.
Hal seperti ini banyak terjadi dalam kehidupan kita, ketika kita berada dalam suatu situasi tertentu, kita tidak melihat pada masalah tetapi berusaha mencari siapa yang bisa kita salahkan.
Mengatakan kalau seseorang itu dilahirkan cacat berarti ada dosa dalam diri seseorang atau keluarganya sama saja dengan mengatakan bahwa Tuhan telah menghukum orang sebelum ia lahir.
Kita melihat apa jawab Yesus kepada pertanyaan seperti ini. Yesus berkata:” Bukan dia dan bukan juga orang tuanya, tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia. ” Jawaban Yesus ini memberikan perspektif jelas bahwa ada rencana Allah dalam diri setiap manusia. Ada titipan tugas dari Allah bagi setiap orang menyangkut kehadirannya di dunia ini. Melalui diri setiap orang, entah dia sehat atau cacat, apakah dia memiliki wajah cantik/ganteng atau jelek, apakah dia kuat atau lemah, ada pekerjaan-pekerjaan Allah yang harus dinyatakan di dalam diri mereka.
Di dalam setiap situasi yang kita hadapi selalu ada rencana Allah, pekerjaan-pekerjaan Allah yang mau dinyatakan atau diungkapkan melalui hidup kita. Karena itu carilah apa maksud Tuhan dalam setiap situasi kita, dan bukan mencari cara untuk menyalahkan orang lain. Tetap memuliakan Tuhan, apapun situasi yang kita hadapi.
Adakalanya sesuatu yang kita anggap kelemahan kita, justru direncanakan oleh Tuhan untuk menjadi suatu keunikan bagi kita, dan mendatangkan berkat bagi banyak orang. Hanya ketika kita mau mengsyukuri apa yang kita miliki, maka kita dapat melihat apa kehendak Tuhan bagi kita.
Menyadari akan hal ini, maka sebagai orang percaya kita perlu mengsyukuri apa yang kita miliki, apa yang Tuhan berikan dalam hidup kita. Tuhan tidak pernah memberikan sesuatu yang buruk bagi anak-anakNya. Ia adalah Bapa yang penuh kasih. Ia memberikan berkat berlimpah-limpah dalam kehidupan orang-orang yang dikasihinya.
Tuhan memberkati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar