PELAYAN TUHAN BERHENTI BELAJAR KATHAROS BERHENTI BERTUMBUH ( The servant of God stop learning stop growing katharos )

Minggu, 31 Juli 2011

Pelaku Firman


Lukas 6:46-49
Lukas 6:48 Ketika datang air bah dan banjir melanda rumah itu, rumah itu tidak dapat digoyahkan, karena rumah itu  kokoh dibangun 


 Yakobus 1:22 Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri



     Ada dua macam pengikut Kristus. Pertama, mereka yang mendengarkan firman dan melakukannya dalam hidupnya. Kelompok ini diumpamakan oleh Yesus seperti orang yang mau bersusah-susah membangun rumah di atas fondasi batu, sehingga rumahnya kokoh dan tahan banjir. Kedua, mereka juga mau mendengarkan firman, tetapi tidak melakukannya dalam hidupnya. Kelompok ini diumpamakan Yesus seperti orang yang karena tak mau bersusah-susah dan ingin cepatnya saja, membangun rumah di atas tanah, sehingga rumahnya rusak berantakan ketika dilanda air bah. Membangun rumah dengan cara seperti itu sebenarnya hanya buang-buang waktu, tenaga dan materi saja, tanpa membawa manfaat yang berarti.
     Demikian juga dengan sikap kita terhadap firman. Kita harus memiliki sikap yang benar, yaitu sikap yang tidak hanya ingin dan mau mendengarkannya saja, melainkan bersedia juga melakukan atau menerapkannya di dalam hidup kita. Dan untuk dapat memiliki sikap yang seperti itu kita harus mau bersusah-susah membangunnya, dengan pertama-tama mau menggali atau mempelajari dengan tekun isi firman tersebut. Sebab, sikap kita terhadap firman dibentuk oleh pengetahuan dan pemahaman kita mengenai firman tersebut. Semakin kita memahami dan meyakini kebenaran dan manfaat dari firman yang kita baca atau dengar, semakin besar pula keinginan kita untuk melakukannya di dalam hidup kita.
     Itulah sebabnya Yakobus mengingatkan, agar kita “menjadi pelaku firman dan bukan pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri kita sendiri”  (Yakobus 1:22). Atau seperti yang disabdakan Yesus, “Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Surga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di surga” (Matius 7:21).
Agar kita tidak hanya tekun mendengarkan firman-Nya, 
tetapi juga bersemangat melakukannya.
 Tuhan Yesus memberkati.

Minggu, 24 Juli 2011

Komitmen Melayani Tuhan


"Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan."  Roma 12:11

“Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Kamu tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah” (Kolose 3:23-24)

Di hari-hari ini banyak orang percaya yang mengalami kesuaman terhadap perkara-perkara rohani.  Salah satu contohnya adalah dalam hal pelayanan atau melayani pekerjaan Tuhan.  Awal-awalnya kita begitu antusias dan menggebu-gebu melayani Tuhan, lambat laun semangat itu luntur dan kerajinan kita pun mulai kendor.  Banyak hal yang menjadi penyebabnya, di antaranya:  kecewa dengan hamba Tuhan atau rekan sepelayanan, merasa kurang dihargai, rasa malas, capai ada masalah berat atau kita mulai disibukkan dengan pekerjaan, hobi dan aktivitas-aktivitas luar lainnya.

     Ayat nas di atas kembali mengingatkan agar kita tetap memiliki semangat untuk melayani Tuhan dan juga sesama.  Berhati-hatilah!  Jika kita tetap tenggelam dalam kemalasan dan kesuaman, pada saatnya kita akan benasib seperti jemaat di Laodikia:  "...karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku (Tuhan) akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku."  (Wahyu 3:16).  Oleh karena itu,  "...saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan!  Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia."  (1 Korintus 15:58).  Kata teguh berarti setia, dan di dalamnya terkandung suatu komitmen yang tinggi.  Dalam hal komitmen, Tuhan Yesus telah memberikan teladan kepada kita.  Ketika Yesus diutus ke dalam dunia ini Ia dengan penuh komitmen menjalankan kehendak Bapa meski harus melewati penderitaan, aniaya, caci-maki, penolakan, bahkan kematian di atas kayu salib.  KomitmenNya tidak pernah goyah oleh keadaan apa pun.  Dia pun mau mengampuni orang-orang yang telah menganiayaNya.  Yesus berkata,  "Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya."  (Yohanes 4:34).

     Bagaimana kita?  Janganlah goyah saat kita menghadapi berbagai pencobaan yang ada.  Kalau kita menyerah kalah pada keadaan, Iblis akan bersorak sorai mentertawakan kita.  Ketahuilah:  tidak ada kemuliaan tanpa salib, tidak ada kemenangan tanpa perjuangan.  Mari kita menjaga komitmen untuk melayani Tuhan sampai akhir hidup kita.

Semakin kita setia melayani Tuhan, semakin kita dipercaya olehNya untuk melakukan perkara-perkara besar, walaupun kita harus mengawalinya dari perkara-perkara kecil!

Tuhan Yesus Memberkati.

Minggu, 17 Juli 2011

Pencobaan

"Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia."
--Yak 1:12

Apakah anda sedang dalam pencobaan saat ini? Apakah anda sedang bergumul untuk sebuah masalah yang berat? Firman Tuhan berkata berbahagialah bila kita bisa bertahan dalam pencobaan.
Perhatikan ayat diatas tidak berkata berbahagialah orang yang dalam pencobaan melainkan yang bertahan dalam pencobaan tersebut. Karena disuruh bertahan maka pencobaan akan cenderung membuat kita ingin menyerah. Tuhan menjanjikan akan memberikan mahkota kehidupan bila kita sudah tahan uji. Mahkota adalah gambaran kemulian Tuhan yang diberikan kepada orang yang mengasihi Dia.

Ada sebagian orang berpikir pencobaan adalah dari Tuhan. Ada juga yang mengira pencobaan adalah dari iblis. Tetapi pencobaan bukanlah dari Tuhan sebab Tuhan tidak mencobai siapapun (Yak 1:13). Apakah pencobaan dari iblis? Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya (Yak 1:14). Memang benar iblis adalah yang mencobai/mendakwa orang benar tetapi sebenarnya karena kita juga membuka celah. Bila kita tidak membuka celah maka iblis tidak punya kesempatan untuk bisa menyerang hidup kita.

Hal ini bisa kita lihat dengan apa yang dialami oleh Ayub. Bila kita membaca kisah Ayub sepertinya yang mencobai Ayub adalah iblis. Padahal sebenarnya Ayub juga membuka celah bagi iblis untuk mencobai Ayub. Celah itu adalah rasa takut Ayub. "Karena yang kutakutkan, itulah yang menimpa aku, dan yang kucemaskan, itulah yang mendatangi aku "( Ayub 3:25). Rasa takut tersebut bukanlah rasa takut akan Allah melainkan takut karena kurang iman. Salah satu hal juga mengapa Tuhan mengijinkan Ayub dicobai oleh iblis karena Ia ingin Ayub mempunyai iman yang semakin kokoh setelah melewati pencobaan tersebut.

Pada waktu kita baru lahir baru kita sebenarnya memiliki takaran iman. Iman itu membuat kita bisa memiliki kehidupan. Tetapi iman itu belumlah iman yang teruji. Untuk menguji iman tersebut maka Tuhan akan mengijinkan pencobaan kita alami. Sampai satu titik kita akan bisa berkata aku tidak akan goyah (Mzm 62:6). Inilah tingkatan iman yang Tuhan ingini bagi setiap anak-anakNya. Iman yang tidak akan goyah lagi walaupun ditengah badai sebesar apapun. Sama seperti Yesus maka kita bisa menghardik angin badai dengan kata "Diam". Seberat dan sekacau apapun keadaan di sekeliling itu tidak akan membuat fokus hidup kita berubah. Kasih dan damai ilahi yang kekal akan bernaung selamanya di hati kita.

Maukah anda memperoleh mahkota kehidupan? Bertahanlah dalam pencobaan. Yang terburuk bukanlah kegagalan melainkan sikap menyerah.

Tuhan Yesus Memberkati.